1.1.
Latar Belakang
Sumber daya energi terdiri
atas sumber energi yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas bumi, gambut,
dan batu bara serta sumber daya alam lain yang terbarukan seperti tenaga air,
panas bumi, tenaga angin, biomassa, dan tenaga surya. Dilihat dari sumbernya,
energi dalam bentuk yang diberikan oleh alam, seperti minyak bumi, gas bumi,
batu bara, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, dan biomassa dikenal
sebagai energi primer. Energi dalam bentuk yang sudah siap dipakai oleh
konsumen, seperti bahan bakar minyak (BBM), gas bumi, batu bara, dan tenaga
listrik dinamakan energi final. Energi yang diperoleh dari hasil tambang
meliputi minyak bumi, gas bumi, batu bara, panas bumi, gambut, dan uranium,
sedangkan yang bukan dari hasil tambang, antara lain surya, air, biomassa,
angin, dan laut.
Kesejahteraan
manusia dalam kehidupan modern sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu energi
yang dimanfaatkannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di samping
itu, energi juga merupakan unsur penunjang yang sangat penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi dan sangat menentukan keberhasilan pembangunan sektor
lainnya. Oleh sebab itu, pemenuhan kebutuhan energi dalam jumlah dan mutu yang
memadai merupakan upaya yang senantiasa harus menjadi perhatian. Dengan
demikian, energi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia
dan proses pembangunan, dan oleh karena itu pembangunan sektor energi harus
dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Namun terkadang manusia
lalai akan kegunaan energy, mereka terkadang memanfaatkan energy yang ada
secara berlebihan sehingga berdampak
pada kerusakan lingkungan. Belakangan ini kita sering mendengar dan melihat
bencana – bencana yang terjadi akibat kerusakan alam, kerusakan itu terjadi
bias diakibatkan oleh pemanfaatan energy yang sudah berlebihan. Dari permasalahan
yang ada, penulis akan membuat makalah yang membahas tentang kerusakan energy
gobal.
1.2. Tujuan dan
Manfaat
Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk mengetahui dampak kerusakan energy global. Manfaat
yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
penyebab dan dampak dari kerusakan energy global dan mahasiswa juga dapat
membantu mengantisipasi agar kerusakan tersebut tidak terjadi.
PEMBAHASAN
2.1. Perubahan
Bahan Bakar Fosil
Perubahan
energi dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya dengan berbagai cara sering
mempengaruhi lingkungan dan udara yang kita hirup, dan dengan demikian mempelajari
energi tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan.
Bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam telah memotori perkembangan
industri dan fasilitas kehidupan modern yang kita nikmati sekitar awal abad 19,
tetapi semua ini tidaklah tanpa efek samping yang tidak diinginkan. Dari tanah
yang kita tanam dan air yang kita minum sampai udara yang kita hirup,
lingkungan telah menerima dampak yang sangat besar untuk semua itu. Polutan
yang dihasilkan pada pembakaran fosil merupakan faktor terbesar terjadinya
asap, hujan asam, pemanasan global dan perubahan iklim. Polusi lingkungan telah
melampaui batas ambang dimana menjadi ancaman yang serius bagi tanaman, satwa
liar, dan kesehatan manusia. Polusi udara telah menjadi penyebab berbagai
masalah kesehatan termasuk asma dan kanker.
2.2. Kerusakan – Kerusakan
Energy Global
2.2.1. Efek Rumah Kaca, Pemanasan
Global Dan Perubahan Iklim
Gas rumah kaca yang selanjutnya
disebut GRK adalah gas yang terkandung didalam atmosfer baik alami maupun
antropogenik yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah. Kaca
memungkinkan radiasi matahari untuk masuk secara bebas, tetapi menghalangi
radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan interior.
Efek rumah kaca juga dialami oleh bumi
dalam skala besar. Permukaan bumi, yang menghangat pada siang hari karena
adanya penyerapan energi surya, dan mendingin pada malam hari dengan
memancarkan sebagian energinya ke ruang angkasa berupa radiasi inframerah.
Karbon dioksida, uap air, dan sisa dari beberapa gas lainnya seperti metana dan
nitrogen oksida menyelimuti bumi dan membuat bumi tetap hangat pada malam hari
dengan cara menghalangi panas yang terpancar dari bumi. Oleh karena itu, ini
disebut juga "gas rumah kaca", dengan CO2 sebagai komponen utamanya.
Uap air biasanya tidak termasuk di dalamnya karena jatuh berupa hujan atau
salju sebagai bagian dari siklus air dan aktivitas manusia dalam memproduksi
air (seperti pembakaran bahan bakar fosil) yang tidak merubah konsentrasi uap
air di atmosfer (yang sebagian besar disebabkan oleh penguapan dari sungai,
danau, dan lautan). CO2 berbeda, bagaimanapun, aktivitas masyarakat kita
merubah konsentrasi CO2 di atmosfer.
Efek rumah kaca membuat kehidupan di
bumi terus berlangsung dengan menjaga bumi tetap hangat (sekitar 30oC).
Namun, jumlah gas yang berlebih ini mengganggu keseimbangan karena terlalu
banyak energi yang tertahan, yang menyebabkan suhu rata-rata bumi meningkat dan
iklim di beberapa lokasi berubah. Konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan
efek rumah kaca ini disebut sebagai pemanasan global atau perubahan iklim
global.
2.2.2. Rusaknya Lapisan Ozon
Pemanasan global atau global warning merupakan masalah serius yang sedang mengancam bumi kita saat
ini. Salah satu akibat dari pemanasan
global adalah rusaknya lapisan Ozon dan perubahan
iklim yang tidak menentu.
Ozon
adalah lapisan mantel bumi,yang berfungsi melindungi bumi beserta isinya dari
sinar ultra violet secara langsung. Bisa dibayangkan jika tidak ada lagi
lapisan ozon yang melindungi bumi, maka tidak akan ada lagi siklus kehidupan. Bila ada lubamg ozon berarti di situlah sinar UV memancarkan
sinarnya secara langsung, tanpa adanya penyaring (lapisan Ozon). Semua mahkluk
hidup di bumi tidak akan mampu bersentuhan langsung dengan sinar UV tersebut.
Cahaya matahari yang kita terima/rasakan setiap hari, sudah merupakan hasil
penyaringan dari ozon. Sehingga sudah tidak be rbahaya
lagi bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya di muka bumi.
Perubahan
iklim yang tidak menentu akibat dari pemanasan global sudah banyak dirasakan
saat ini. Beberapa daerah di indonesia telah mengalami curah hujan yang sangat
rendah sehingga terjadi krisis air (kekeringan). Sedangkan di daerah lainnya malah curah hujan yang sangat tinggi sehingga
terjadi banjir dan tanah longsor.
2.2.3.
Pencemaran lingkungan
Hal yang
tidak kalah penting yang patut menjadi sorotan publik adalah polusi dan
pencemaran yang dihasilkan dari pemanfaatan energi global yang tidak ramah
lingkungan baik itu polusi udara yang ditimbulkan oleh jumlah emisi yang
dihasilkan setiap saat dengan penggunaan bahan bakar karbon, polusi air seperti
pembuangan limbah, dan polusi termal.
2.3. Dampak tidak
langsung kerusakan energi global
Dewasa ini kebutuhan manusia
akan energi tidak terkendali. Mulai dari penggunaan bahan bakar minyak,
pemakaian listrik sampai pengekspoitasian Sumberdaya energi dilakukan secara
besar-besaran. Hal ini diakibatkan oleh tingginya populasi masyarakat dunia dan
meningkatnya taraf hidup masyarakat yang mengandalkan alat-alat yang
membutuhkan energi alam. Dengan demikian, tingginya kebutuhan energi tidak
sinergi dengan ketersediaan sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi
hal tersebut, salah satunya dengan mencari spot-spot
atau titik-titik potensi penambangan Sumberdaya energi tersebut. Di satu sisi,
hal ini berdampak positif pada perekonomian masyarakat, dimana terdapat
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Namun apabila kita telisik jauh ke
depan, penggunaan energi tidak terbarukan tersebut justru menambah daftar
terjadinya kerusakan-kerusakan. Seperti halnya untuk pembukaan lahan baru,
dibutuhkan sekian ratus hektar hutan yang akan digali. Hal ini akan berdampak
berkurangnya lahan yang menjadi habitat dari hewan-hewan yang nantinya juga
berpengaruh pada rusaknya rantai ekosistem.
Selain
itu, dampak dari eksploitasi yang tidak berbasis lingkungan hanya akan
menimbulkan kerugian yang besar dibandingkan dengan keuntungan yang akan
didapat. Sebut saja Porong, Sidoarjo. Terjadinya penambangan migas telah
berakibat terendamnya kota tersebut oleh
lumpur panas. Tentunya kota yang awalnya berpotensi dalam pengembangan
perekonomian, seketika berubah menjadi kota yang tidak layak huni.
Kerusakan
lain yang ditimbulkan adalah munculnya banjir. Banjir merupakan akibat yang
dihasilkan secara tidak langsung dari penggunaan energi global yang berlebihan.
Terjadinya penambangan besar-besaran menjadikan menipisnya persediaan hutan
sebagai daerah resapan air mengakibatkan hujan yang turun tidak terbendung dan
meluap mengakibatkan banjir. Hal ini makin diperparah dengan padatnya pemukiman
penduduk yang berakibat macetnya drainase sebagai pembuangan air.
2.4. Cara
Penanggulangan Kerusakan Energi Global
Bumi kalau dibiarkan, sebenarnya memiliki kemamuan untuk memulihkan dirinya
dari pengrusakan yang terjadi. Kemampuan pemulihan itu dinamakan dengan
bioremediasi. Namun untuk pulih ke kondisi semula, atau minimal mendekati
dibutuhkan waktu yang sangat lama bahkan bisa mencapai ratusan bahkan ribuan
tahun. Tentunya kalau menunggu waktu yang demikian lama untuk pemulihan
sedangkan laju kerusakan terus meningkat, hal yang dapat kita lakukan adalah
dengan mengupayakan perbaikan dan perubahan bagi lingkungan kita. Hal yang
paling sederhana adalah dengan mencegah diri kita serta orang-orang terdekat
untuk melakukan pencemaran.
Namun
tindakan pencegahan saja belum cukup. Diperlukan upaya yang lebih untuk
perbaikan. Salah satunya dengan menggunakan Sumber energi terbarukan.
Adapun contoh dari sumber energi terbarukan antara lain:
1.
Penggunaan solar
cell sebagai penghasil energi listrik madani
Solar cell atau
yang lebih dikenal dengan pembangkit listrik tenaga surya dapat diaplikasikan
sebagai alternatif kebutuhan energi listrik yng tinggi. Sebagaimana kita
ketahui bahwa matahari merupakan sumber energi terbesar di bumi. Pemanfaatan
energi matahari tidak berdampak negatif dan dapat digunakan sampai waktu
kapanpun.
2.
Penggunaan biofuel
Pemanfaatan bahan
bakar fosil telah sampai kepada tahap memprihatinkan, dimana taraf hidup
masyarakat yang semakin konsumtif tidak sebanging dengan ketersediaan sumber
energi fosil. Untuk itu diperlukan sumberenergi yng memiliki fungsi yang sama
yang dapat diperbaharui serta efisien dari segala hal.
Dewasa ini sedang
dikembangkan bioetanol dari bahan rumput laut serta dari pohon nipah untuk
skala industri. Sedangkan untuk skala rumah tangga dengan cara pemampatan gas
limbah buangan (kotoran) sehingga bisa dihasilkan sumber energi untuk keperluan
komsumsi rumah tangga.
3.
Pembuatan biopori
Berkurangnya daya
resap tanah terhadap air juga merupakan dampak tidak langsung dari kerusakan
energi global. Untuk menanggulangi hal itu bisa diaplikasikan dengan pembuatan biopori
yang bertujuan untuk membantu daya resap tanah terhadap air dan mencegah
banjir.
4.
Penghijauan
Di bumi ini terjadi
yang namanya siklus karbon dimana jumlah karbon yang berada di Bumi tetap
selama salah satu faktor tidak mengalami gangguan. Karbon dalam bentuk
karbondioksida dihasilkan dari hasil pembakaran serta respirasi makhluk hidup
akan dimanfaatkan oleh tumbuhan selaku organisme autotrof. Jika jumlah tumbuhan
berkurang, maka terjadi akumulasi dari karbondioksida yang berada di alam yang
nantinya akan menimbulkan efek rumah kaca. Untuk itu perlu diadakan penghijauan
sesegera mungkin untuk mengatasi hal tersebut.
5.
Pemanfaatan lahan
kosong sebagai hutan kota
Lahan kosong yang
berada di perkotaan bisa dialihfungsikan menjadi kawasan hutan kota yang berfungsi
sebagai penghasil oksigen.
6.
Membudayakan hemat
energi
Hemat
energi yang dimaksud adalah dengan tidak menggunakan energi secara berlebihan
di luar batas kebutuhan kita. Adapun itu baik energi berupa bahan bakar fosil,
listrik dan lain sebagainya.
Setelah poin-poin tersebut diaplikasikan, maka bumi yang
indah dapat tercipta kembali.
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Tingginya
kebutuhan masyarakat akan energi telah mengakibatkan pola hidup yang konsumtif
akan keberadaan energi dan cenderung melakukan eksploitasi tanpa mengindahkan
azas lingkungan.
Penggunaan
energi yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan energi secara global.
Kerusakan tersebut muncul akibat pemanfaatan energi yang tidak berbasis
lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan dengan penggunaan
teknologi dan sumber energi yang ramah lingkungan serta membudayakan hemat
energi. Penggunaan energi terbarukan dan didukung dengan penyelamatan
lingkungan dapat menjadi alternatif pemecahan masalah.
3.1. Saran
Pemerintah, beserta stakeholder dan masyarakat hendaknya
mulai mengatur serta mengontrol mengenai jalannya pemanfaatan energi yang ramah
lingkungan, serta mulai menggunakan
sumber energi terbarukan untuk antisipasi krisis energi yang akan terjadi.
Selain itu hendaknya keberadaan
pihak-pihak yang dapat mengganggu ketertiban lingkungan untuk dapat ditertibkan
karena akan berdampak pada masyarakat yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
A
Tresna Wijaya. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta
Budianto,
Al. 2001. Pengaruh Perubahan Iklim global terhadap Negara Kepulauan Indonesia,
dalam Rajagukguk, E dan Ridwan K, Jakarta
Piping
Supriatna.2008. Kajian Teknologi Reaktor Kogenerasi Sebagai
Pendukung Energi Terbarukan.
RASCA (Rapid Carbon Stock Assessment). 2006.
Pemanasan Global: Penyebab dan Dampaknya Terhadap Ekosistem. Malang
Sipardi, I. 2003. Lingkungan Hidup dan
Kelestariannya, Cet. II, Alumni : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar